KUPANG, Matanews.net-Gereja dan pemerintah diharapkan bersinergi dan berkontribusi dalam program- program yang memberdayakan umat untuk memanfaatkan potensi laut sebagai sumber kekayaan yang bisa diolah dan dinikmati umat demi terwujudnya kesejahteraan mereka.
Ketua Ikatan Alumni Sekolah Tinggi Filsafat Teology (STFT) Jakarta Wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), Pendeta (Pdt) Jeky Frangky Latupeirissa sampaikan ini pada kegiatan webinar bertempat di aula rapat Gubernur NTT, Senin (23/11).
Kegiatan yang diselenggarakan pengurus alumni STFT Jakarta Wilayah NTT itu mengambil tema ‘Pelayanan di Daerah Kelautan dan Kepulauan: Kekayaan dan Tantangan.’ Kegiatan ini menampilkan tiga narasumber yakni Pdt. Meri L.Y. Kolimon (Ketua Sinode GMIT), Viktor Bungtilu Laiskodat (Gubernur NTT) dan Binsar Pakpahan (wakil ketua tiga STFT Jakarta) dengan moderator Pdt. Benyamin Nara Lulu.
Jeky mengatakan, sebuah suka cita bagi persekutuan alumni STFT Jakarta karena bersama GMIT di NTT dapat memaknai bulan November sebagai bulan lingkungan hidup. Karena itu, persekutuan alumni menyadari bahwa medan layan GMIT dan Provinsi NTT yang sebagian besar adalah laut belum banyak dimanfaatkan sebagai sumber yang dapat memberi kesejahteraaan dan penghidupan bagi jemaat yang sekaligus adalah masyarakat.
“Webinar ini dibuat dengan harapan agar pemerintah dan gereja bersinergi memanfaatkan laut sebagai sumber kekayaan untuk bisa diolah dan dinikmati umat. Selain itu menjaga laut kita supaya tetap aman dari pencemaran dan pengrusakan, sehingga laut tetap memberi dampak besar bagi kehidupan kita.
Dan gereja dalam hal ini GMIT bisa dilaksanakan untuk aksi nyata dalam memanfaatkan laut sebagai sumber kekayaan yang dapat memberikan kesejahteraan bagi rakyat, kata Jeky.
Ketua Sinode GMIT, Pdt. Meri Kolimon bicara tentang strategi pelayanan GMIT sebagai Gereja di tengah konteks kepulauan dan sinergitas pelayanan dengan pemerintah. Ia mengatakan, dalam relasi hari ini manusia harus menjalin persahabatan dengan semua ciptaan. Laut terbuka untuk semua orang termasuk agama apa pun, untuk menyatukan solidaritas di NTT. “Gereja dan pemerintah harus ambil bagian di dalamnya dengan sinergitas yang dibangun,” ungkap Meri.
Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat bicara tentang pembangunan NTT menuju provinsi kepulauan dan sinergitas pemerintah dengan gereja. Menurutnya, model pelayanan yang membangun kehidupan yang berkelanjutan adalah ketika program itu dapat meningkatkan ekonomi bagi masyarakat dan jemaat.
Sementara itu, Wakil Ketua Tiga STFT Jakarta, Binsar Pakpahan bicara tentang teologi publik di tengah konteks daerah kepulauan. Ia menyampaikan, semua orang selalu ada dalam perahu yang sama dalam semangat oiukumene. Tujuan teologi publik adalah untuk mencapai keadilan dan kebenaran. “Kita tidak bisa hidup tanpa alam, tetapi alam bisa hidup tanpa kita. Mari mencintai pemberi kehidupan itu,” ajak Binsar.
Moderator webinar, Pdt. Benyamin Nara Lulu mengatakan, webinar ini amat langka ketika gereja bicara tentang laut dan teologi di penutup bulan lingkungan GMIT. Pada kesempatan webinar itu, dua jemaat mengungkapkan sharing pengalaman mereka, yakni Pdt. Jeni Misa yang sharing tentang pengalaman di jemaat Elim Dadibira, Pura Utara-Kabupaten Alor dan Pdt. Delsy Lobo tentang pengalaman di jemaat Otan, Pulau Semau-Kabupaten Kupang. Kegiatan webinar diakhiri dengan doa yang dipimpin Pdt. Desiana Rondo Effendy. (M-8)