• Home
  • Mata News
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Opini
  • Lifestyle
    • Entertainment
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Seni Budaya
    • Religi
  • Sport
  • Mata Sosok
  • Mata Kampus
  • Pojok Matanews
  • Galeri
  • Redaksi
Jumat, Januari 22, 2021
  • Login
No Result
View All Result
www.matanews.net
NEWSLETTER
  • Home
  • Mata News
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Opini
  • Lifestyle
    • Entertainment
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Seni Budaya
    • Religi
  • Sport
  • Mata Sosok
  • Mata Kampus
  • Pojok Matanews
  • Galeri
  • Redaksi
  • Home
  • Mata News
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Opini
  • Lifestyle
    • Entertainment
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Seni Budaya
    • Religi
  • Sport
  • Mata Sosok
  • Mata Kampus
  • Pojok Matanews
  • Galeri
  • Redaksi
No Result
View All Result
www.matanews.net
No Result
View All Result
Home Opini

Merawat Idealisme Guru (Refleksi Autokritik Hari Guru Nasional)

Oleh Sil Joni, Staf Pengajar di SMK Stella Maris Labuan Bajo

by Redaksi -
November 25, 2020
in Opini
0
Merawat 'Idealisme' Guru

Sil Joni, Staf Pengajar di SMK Stella Maris Labuan Bajo

188
SHARES
723
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

BANYAK predikat mulia melekat pada pundak seorang guru. Bersamaan dengan itu, tidak sedikit ekspektasi publik dititipkan pada seorang guru. Intinya, guru mesti tampil dalam kapasitasnya sebagai pribadi yang mulia itu. Guru mesti mewujudkan sejumlah idealisme kemanusiaan sebagai implikasi dari predikatnya sebagai ‘pribadi’ yang penuh keagungan.

Kendati demikian, tetap diakui bahwa guru bukan malaikat yang tidak terperangkap dalam keinginan daging. Guru tentu saja tidak hidup dari sabda idealisme tersebut. Seorang guru pasti bergelut dan bergulat antara pemenuhan idealismenya sebagai guru dan perwujudan sejumlah kebutuhannya sebagai manusia.

Karena itu, imperasi untuk merawat dan mengamalkan idealisme keguruan itu perlu digemakan sepanjang hayat. Seorang guru harus diingatkan dan disadarkan untuk menggauli idealisme itu secara konsisten. Peringatan Hari Guru Nasional hari ini, Senin, (25/11/2020) mesti dimaknai sebagai momentum penyadaran akan penghayatan idealisme keguruan dalam aras praksis pendidikan formal kita.

Tidak perlu ditolak bahwa guru adalah ‘kreator beragam profesi”. Untuk itu, guru sebenarnya tidak bisa diperlakukan setara dengan bidang profesi yang lain. Profesionalismenya tidak bisa direduksi pada bidang kuantifikasi-matematis, dalam perkara kompetensi teknis-administrasi semata.

Guru adalah ‘pembawa cahaya etis’ untuk semua jenis profesi. Karena itu, kita tidak bisa mengukur kualitas guru pada ‘kecakapan membereskan administrasi’ dan keterampilan mentransmisi ilmu kepada siswa saja, tetapi pada ‘pancaran kepribadian dan totalitas pemberian dirinya’ untuk perkembangan anak didik par excellence.

Saya kira, menjadi guru itu, lebih dari sekadar profesi. Guru adalah sebuah panggilan, undangan etis untuk merawat peradaban dan melahirkan manusia yang beradab. Kesuksesan seorang guru tidak dilihat dari berapa ‘honor’ atau profit materialnya, tetapi pada ‘kerelaan dan pengorbanan’ untuk ada bersama dan menjadi ‘obor penerang’ bagi jalan yang dilalui para siswa.

Namun, di tengah ketatnya ‘tuntutan profesionalisme’, secara perlahan ‘roh idealisme guru’, mulai memudar. Tugas dan peran guru dipersempit hanya sebatas pemenuhan segala persyaratan profesionalisme belaka. Guru dipaksa untuk ‘memenuhi’ persyaratan formal-profesional, tanpa memperhatikan panggilan sucinya sebagai ‘pembawa cahaya etis’.

Perkembangan teknologi digital yang membawa dampak ‘disruptif’ pada segala lini kehidupan, tentu menjadi tantangan tersendiri bagi para guru. Mereka kembali diuji dan ditantang untuk menguasai ‘seluk-beluk’ kultur digital, termasuk menerapkan pembelajaran yang berbasis budaya digital itu. Beban profesionalisme dan tuntutan kompetensi itu, jelas berpotensi menggerus apa yang menjadi ‘fungsi pokok’ keberadaan seorang guru bagi siswa.

Menteri Pendidikan Nasional yang baru, Nadien A. Makarin, rupanya menyadari ‘factum penyanderaan guru’ oleh beban teknis-administrasi itu. Hal ini terungkap jelas dalam teks pidatonya untuk merayakan peringatan Hari Guru Nasional (HGN). Beliau ingin membebaskan guru dari ‘penjara administrasi’ dengan memberi ruang kepada guru untuk berkreasi dan berinovasi dalam mendesain pembelajaran di sekolah.

Sang Mentri mengajak agar para guru ‘mulai mengambil langkah perubahan’ ketika berada dalam kelas. Perubahan itu harus diinisiasi oleh para guru sendiri. Negara menyadari bahwa ‘guru mesti diberi ruang yang lebar’ untuk menerapkan proses pembelajaran yang tidak semata-mata ‘berorientasi pada pemenuhan konten kurikulum nasional, tetapi proses pendidikan yang membebaskan dan mencerahkan peserta didik.

HGN menjadi momentum strategis bagi kita untuk menghidupkan kembali ‘roh idealisme guru’ seiring derasnya intervensi negara dalam bidang pendidikan. Kita tidak boleh terjebak pada euforia seremonial yang bersifat massal dan temporal dalam memaknai HGN ini. Hari guru mesti dimaknai sebagai kesempatan untuk ‘evaluasi dan kritik diri’ agar kita tidak lagi terpenjara dalam rutinitas prosedural dan regulasi teknis administrasi.

Satu hal yang perlu mendapat atensi serius adalah menguatnya virus materialisme tersebab oleh tuntutan profesionalisme yang ketat. Efeknya adalah para guru mengikuti sejumlah pendidikan dan pelatihan profesional hanya untuk ‘menambah penghasilan’. Buktinya adalah mutu pembelajaran dan output pendidikan kita, tetap melorot.

Akhirnya, saya mengucapkan Selamat Hari Guru Nasional’. Jadilah ‘guru sejati’, guru yang membaktikan hidupnya untuk ‘kebaikan siswa’ semata-mata. Kita sedang mencari sosok guru hebat, bukan guru yang biasa-biasa saja. *

 

Tags: GuruHari Guru NasionalHGNidealisme guruMendikbudNadiem Makarim
Redaksi -

Redaksi -

Next Post
36.000 Surat Suara Telah Disortir KPU Manggarai Barat

36.000 Surat Suara Telah Disortir KPU Manggarai Barat

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Facebook Twitter Youtube RSS

Matanews.net

www.matanews.net

Nifarro park, ITS tower Lantai 7 room 70, Jl raya pasar minggu km 18 pejaten, jakarta selatan.
"Kirim opini dan tulisan anda ke Redaksi Matanews.net melalui email Redaksi@Matanews.net".

Facebook

© 2020 matanews.net -design matanews.net.

No Result
View All Result
  • Home
  • Mata News
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Opini
  • Lifestyle
    • Entertainment
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Seni Budaya
    • Religi
  • Sport
  • Mata Sosok
  • Mata Kampus
  • Pojok Matanews
  • Galeri
  • Redaksi

© 2020 matanews.net -design matanews.net.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In