Catatan Pengantar Singkat
Masih ada beberapa hal lagi yang patut dicatat dan dikenang dari masa Postulat kami di Pagal bersama dengan Pater Peter dan kawan-kawan yang lain. Dalam sebuah catatan terdahulu saya sudah memberitahukan bahwa pada paruh pertama tahun pendidikan postulan kami (semester satu), kami sudah berhasil mementaskan sebuah drama. Drama itu begitu populernya sehingga mendatangkan beberapa efek penting bagi kami masing-masing. (Baca juga: Mengenang Sahabatku, Romo Peter C. Aman OFM (Bagian 12))
Kemarin saya sudah menyinggung mengenai efek personal tersebut. Yaitu, karena pementasan drama tersebut kami para postulan (yang pada saat itu disebut pak Calon) menjadi populer di kalangan umat Pagal, khususnya di kalangan Mudika (OMKnya pada masa itu). Dan yang paling populer ialah Romo Peter Aman yang berhasil mementaskan tokoh Fransiskus dengan sangat baik dan sangat mengesankan juga.
Efek Sosio-Komunal Pementasan Drama
Pada kesempatan kali ini saya mau menyebut sebuah efek yang lain. Yaitu ada dua hal penting. Pertama, dengan drama tersebut umat di kota Pagal semakin mengenal siapa itu bapa Serafik Fransiskus Asisi, yang para pengikutnya sudah sekian lama telah melayani mereka dengan sepenuh hati dan sudah bekerja di tengah-tengah mereka entah sebagai pastor Paroki, ataupun sebagai guru, dan sebagai bruder yang mengerjakan beberapa ketrampilan. Dengan kata lain, pementasan drama (panggung, teater) yang kami lakukan telah membuka tabir pengenalan dengan efek transformasi yang dahsyat bagi umat. (Baca juga: Mengenang Sahabatku Pater Peter C. Aman OFM (Bagian 11))
Kedua, dengan pementasan drama tersebut, umat juga sadar bahwa di tengah-tengah mereka sudah ada sebuah pusat atau lembaga pendidikan awal bagi para Fransiskan. Kiranya umat juga sudah membayangkan dan mungkin juga mengharapkan bahwa pasti ada satu atau dua dari antara mereka nanti (para calon itu), kalau sudah jadi imam atau bruder, akan bekerja melayani mereka. Mereka sungguh menghargai keberadaan dan kehadiran kami di tengah-tengah mereka. Kiranya itulah yang menyebabkan mereka bisa menerima kami hampir dengan sepenuh hati.
Melayani dan Mendampingi Kelompok Umat Basis
Bahkan kami juga mendapat kesempatan oleh Pater Vicente Kunrath untuk turun ke kelompok umat basis pada hari yang bisa kami sepakati bersama dengan masing-masing kelompok. Pada umumnya mereka bisa datang ke lingkungan pada malam minggu. Ada banyak kegiatan yang bisa kami lakukan di tengah dan bersama dengan umat. Misalnya, bisa melatih nyanyian bersama. Atau pendalaman iman dan pendalaman kitab suci, sharing, dll. Ataupun hanya sekadar berbincang-bincang saja dengan para tetua yang ada di lingkungan masing-masing. (Baca juga:
Mengenang Sahabatku Romo Peter Aman OFM (Bagian 10))
Saya ingat betul bahwa masing-masing dari kami para postulan mendapat kepercayaan untuk mendampingi kelompok umat basis yang ada di sekitar Lembah Pagal yang permai. Pater Peter sendiri misalnya, mendapat tugas untuk mendampingi kelompok umat basis Pagal. Uskup Paskalis mendapat tugas untuk mendampingi kelompok umat basis Beawaja yang sebagian besar umatnya adalah para pegawai kecamatan, sebab Pagal adalah ibukota kecamatan Cibal. Heri Ngabut mendapat tugas dan kepercayaan untuk mendampingi kelompok umat basis Bealeba. Tempat ini menjadi sangat istimewa karena di kampung itulah Komponis Besar Manggarai, Bapa Filipus Manti, melewatkan masa pensiunnya.
Lanjutan Pendampingan Kelompok Umat Basis
Lalu saya sendiri mendapat tugas dan kepercayaan untuk mendampingi kelompok umat basis Teruk I. Saudara Willy Mola Wea mendapat tugas dan kepercayaan untuk mendampingi kelompok umat Basis Teruk II. Kelompok umat basis Waewoing didampingi oleh Gregorius Podhi (yang sudah almarhum). Yakobus Kila mendapat tugas dan kepercayaan untuk mendampingi Kelompok umat basis Waepau. Lalu Kelompok Umat Basis Waepir dilayani oleh Mundus Ngebu. Sedangkan kelompok umat basis Benteng Todo mendapat pendampingan dari John Kasor (yang juga sudah almarhum). (Baca juga: Kenangan Bersama Romo Peter Aman OFM (Bagian 9))
Kelompok umat basis Kuwu mula-mula mendapat pendampingan dari Yosef Hambur. Tetapi kemudian Yosef Hambur mendapat seorang teman yaitu Dami Kaju yang datang rada belakangan. Jadi, umat yang berada dan hidup di tingkat umat basis, bisa secara langsung merasakan keberadaan dan kehadiran kami di tengah-tengah mereka. Bagi para postulan sendiri, hal itu menjadi ajang melatih diri untuk memimpin umat dalam tingkat yang paling kecil dengan harapan agar kelak bisa terlatih untuk mempimpin kelompok yang lebih besar dari itu saat sudah menjadi pastor nanti.
Pementasan Drama Kedua
Setelah kami melewati pesta natal dan tahun baru pertama kami di lembah Pagal yang mungil itu, pada bulan Januari 1982, kami mulai memikirkan kegiatan ekstrakurikuler yang harus bisa kami lakukan. Kami sepakat juga untuk sekali lagi mementaskan sebuah drama (mengisi semester kedua dalam masa postulan itu). Saya masih ingat bahwa pada saat itu kami sebenarnya memiliki sebuah naskah drama yang kami bawa dari Seminari Kisol. Drama itu melukiskan tentang pertobatan para perampok yang kemudian menjadi pengikut dari Fransiskus Asisi. Menyadari bahwa drama itu sangat pendek, maka kami pun berinisiatif untuk menambah beberapa adegan. (Baca juga: Kenangan Bersama Pater Peter Aman OFM (Bagian 8))
Akhirnya tim yang sama juga mulai bekerja, yaitu saya sendiri, Paskalis dan Peter. Kadang-kadang kami meminta pendapat dan pandangan dari Karel Jande dan Yosef Hambur dan juga Heri Ngabut. Tetapi tim inti penulisan hanya kami tiga saja. Kami bertiga memang dianggap bisa menulis dan bisa menuangkan pemikiran dalam bentuk tulisan yang teratur. Setelah mengadakan dua kali rapat dan diskusi akhirnya kami bertiga memutuskan untuk menulis beberapa adegan tambahan agar drama satu babak yang “asli” itu bisa menjadi lebih panjang.
Komunitas Fransiskan dan Kawanan Perampok
Seingat saya, mula-mula kami tambahkan satu babak singkat yang melukiskan kehidupan para Fransiskan di tengah sebuah hutan. Itu di satu sisi. Dan di sisi lain, masih di tengah hutan yang sama, kami juga melukiskan tentang kehidupan para perampok yang suka merampok dan menjarah orang di sebuah jalan yang sempit karena terhimpit oleh jurang yang terjal. Pada suatu saat, para perampok ini sudah tidak bisa lagi mendapat sasaran yang empuk. Semua yang lewat di sana tidak bisa mereka rampok karena mereka tidak membawa apa-apa. Kalau toh membawa sesuatu, barang itu tidak akan bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka. (Baca juga: Kenangan Bersama Pater Peter Aman OFM (Bagian 7))
Pada suatu saat ada seorang pengeliling yang penuh sukacita dan selalu bernyanyi riang. Mereka mengira orang itu membawa barang mewah atau pun uang. Ternyata orang itu adalah orang miskin yang tidak bisa mereka andalkan sama sekali. Karena kesal, maka mereka pun membuang dia ke dalam sebuah jurang yang cukup dalam. Mereka berharap bisa menukarkan orang itu dengan saudagar yang lewat yang mau membeli dia dengan sejumlah uang.
Ternyata harapan itu tidak terwujud. Malahan Fransiskus membujuk mereka agar membebaskan dirinya sebab tidak ada gunanya menahan dirinya di sana. Mereka tidak akan mendapatkan apa-apa. Akhirnya mereka membebaskan Fransiskus dengan janji agar Fransiskus tidak memberitahukan keberadaan mereka kepada siapapun juga.
Keadaan Mereka Semakin Memburuk Saja
Lalu Fransiskus pun pergi meninggalkan mereka. Setelah ia pergi, keadaan mereka semakin memburuk apalagi saat musim dingin datang dan menerpa mereka. Maka mereka pun hampir saja mati kelaparan dan kedinginan. Karena itu, mereka pun mencoba keluar dari liang-liang persembunyian mereka untuk menangkap mangsa mereka, dan mulai berjalan mencari perkampungan atau pinggiran kota dengan harapan mereka bisa merampok di sana agar bisa bertahan hidup. (Baca juga: Kenangan Bersama Pater Peter di Postulan OFM Pagal (Bagian 6))
Nah di tengah perjalanan itulah mereka melihat sebuah biara. Mereka datang ke biara itu untuk merampok biara itu. Tetapi karena di biara itu tidak ada apa-apa maka mereka tidak jadi merampok. Semula mereka tampak seram dan garang, tetapi karena bruder penjaga rumah menerima mereka dengan ramah, maka sikap mereka pun mulai berubah. Mereka pun mendapat asupan makanan panas yang menghangatkan tubuh mereka sehingga tubuh mereka pun menjadi pulih lagi.
Keinginan dan Dorongan Untuk Bertobat
Pada saat itulah timbul pikiran di dalam diri para perampok itu untuk bertobat dan meminta ijin, kalau Penghuni biara itu memperkenankan mereka untuk tinggal di sana bersama para bruder. Apalagi mereka mendengar suara nyanyian yang penuh kedamaian dari kapel para bruder itu. Bruder penjaga pintu tidak dapat memutuskan apakah mereka bisa diterima atau tidak. Mereka menunggu kepulangan Fransiskus. Malam hari, Fransiskus pun pulang. (Baca juga: Percikan Kenangan Bersama Romo Peter (Bagian 5))
Tatkala mereka melihat Fransiskus, mereka pun langsung mengenalnya. Mereka pernah menawan dia. Oleh karena itu, mereka pun menjadi cemas: jangan-jangan Fransiskus bakal tidak memberi mereka ijin untuk tinggal karena mereka telah berlaku kasar kepada dia. Namun di luar dugaan mereka sama sekali ternyata Fransiskus mengampuni mereka dan bersedia menerima mereka di dalam persaudaraan Fransiskan. Pengampunan dan kasih mengubah hati orang dan orientasi hidup orang untuk selamanya.
Epilog: Sebuah Happy Ending
Sejak saat itu terjadi damai sejahtera di dalam hutan itu. Tidak ada lagi perampok yang mengganggu dan menghadang para pedagang yang lewat di sana. Oh ya, seperti biasa, kami para penulis naskah drama ini juga berusaha sedemikian rupa agar kami berduabelas mendapat jatah sebagai pemain sandiwara juga. (Baca juga: Kenangan Bersama Romo Peter (Bagian 4))
Dan seperti biasa juga, Pater Peter memerankan Fransiskus Asisi, seperti halnya dalam pementasan drama yang pertama. Fransiskus tinggal di sebuah biara yang terletak di tengah hutan. Beberapa saudara (imam dan bruder) menemani Fransiskus tinggal di dalam biara itu (ada kira-kira tiga sampai empat orang). Beberapa teman (sekitar 5 sampai dengan 6 orang memerankan sebagai perampok. Heribertus Ngabut memerankan Kepala Perampok. Dia pun ditemani oleh beberapa orang teman, termasuk saya sendiri. (Bersambung…)
Sumber: https://fransisborgias.id
Comments 1